Air adalah komponen abiotik yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup. Setiap makhluk hidup membutuhkan air untuk memenuhi keperluan metabolisme tubuhnya, hingga lebih jauh untuk kebutuhan sanitasi bagi manusia. Adapun kebutuhan akan air tersebut tentunya harus dibarengi dengan kualitas yang baik serta kuantitas yang mumpuni. Guna memenuhi kebutuhan akan air tersebut, masyarakat dapat memanfaatkan sumber air permukaan dan bawah permukaan.
Sumber air permukaan meliputi sungai, danau, rawa, dan laut. Sumber air tersebut memiliki karakteristik mudah diperoleh, sebaran luas, namun rentan akan kontaminan dan pada beberapa sumber air memerlukan perlakuan khusus sebelum dapat dimanfaatkan.
Sementara sumber air bawah permukaan meliputi akuifer bawah permukaan, serta sungai dan gua bawah permukaan. Karakteristik sumber air bawah permukaan yaitu relatif aman dari kontaminan, kualitas relatif baik, bergantung pada mekanisme recharge-incharge air, dan memerlukan pemompaan dalam pengambilannya bagi sumur non-artesis.
Pada beberapa kondisi dan lokasi, air bawah permukaan dinilai sebagai sumber air yang tepat, terutama bagi lokasi yang terdapat sebaran akuifer air bersih karena air tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan sanitasi hingga air mineral. Guna mendapatkan akuifer air tersebut, maka perlu dilakukan survei geolistrik dan pengeboran sumur air. Adapun survei geolistrik diperlukan untuk mendapat gambaran kedalaman, tebal, dan lokasi akuifer bawah permukaan yang potensial untuk dibor. Namun jika di sekitar rencana lokasi titik bor sumur telah terdapat sumur pantau, maka survei geolistrik menjadi optional karena dapat memanfaatkan sumur pantau tersebut sebagai acuan pengeboran sumur air.

Pengeboran sumur air pada prinsipnya membuat jalur migrasi air yang tersimpan di dalam akuifer bawah permukaan. Lapisan bawah permukaan yang telah terindikasi mengandung air akan menjadi target penetrasi pengeboran, serta dinding sumurnya akan dipasang screen untuk menjaga aliran air dari akuifer menuju lubang sumur.
Pemilihan lokasi pembuatan sumur bor air pun perlu diperhatikan untuk memastikan kualitas dan kuantitas air yang akan dihasilkan sumur tersebut.
Sebaiknya hindari lokasi yang relatif dekat dengan area yang berkaitan dengan limbah, seperti Tempat Pembuangan Akhir (TPA) maupun industri berlimbah B3 karena ada potensi air lindi dan resapan limbah tak larut air yang dapat meresap ke dalam akuifer bawah permukaan, sehingga akan mencemari air pada akuifer tersebut.
Adapun berdasarkan aspek lokasi dengan kuantitas air, maka pada sumur yang bersifat artesis (permukaan sumur berada di bawah water table/muka air tanah) hanya perlu dilakukan pemasangan kepala sumur untuk mengatur keluarnya air karena air tersebut akan memancar secara otomatis hingga mencapai batas muka air tertentu. Sementara pada sumur non-artesis perlu dilakukan pemasangan pompa untuk membantu proses penyedotan air ke atas permukaan.

Sumur bor air yang telah mengeluarkan air perlu dirawat melalui pelestarian vegetasi di sekitar daerah imbuhannya agar produktifitas akuifernya terjaga, serta menghindari penggunaan bahan-bahan kontaminan di sekitar sumur untuk menghindari kontaminasi ke dalam akuifer dan sumur tersebut.
——
Informasi lebih lanjut maupun layanan kemitraan sumur bor air maupun survei geolistrik dapat menghubungi admin@geosriwijaya.com maupun melalui Hotline GN Consulting +62 822-6971-9490/+62 822 8082 8978.
GN Consulting; Professional and Reliable