Kebenaran Potensi Tsunami 57 m di Pandeglang dan Sekitar Pulau Jawa

Munculnya pernyataan oleh BPPT adanya isu akan terjadi bencana tsunami dengan ketinggian mencapai 57 m di wilayah pantai barat Pandeglang dan 41 m pada wilayah selatan Sukabumi, serta beberapa bagian selatan Jawa menimbulkan banyak keresahan dikalangan masyarakat awam, baca pada artikel BPPT Prediksi Ada Potensi Tsunami di Pandeglang Setinggi 57 m.

Beberapa Lembaga seperti LIPI, BMKG, BPBD, dan IAGI mencoba memberikan kondisi dan klarisifikasi sebenarnya dari potensi bencana tsunami untuk mengurangi dari kegelisahan yang merebak di masyarakat. Baca juga artikel Press Release IAGI: Potensi Tsunami Jawa Bagian Barat

Saat ini pertanyaan yang mencuat yaitu: Apakah tsunami di wilayah Jawa memang setinggi itu dan sangat mengancam pada wilayah pesisir selatan Jawa?

 

Indonesia merupakan negara yang dilewati oleh 295 jalur patahan aktif, 5 subduksi lempeng aktif, seperti: 1. Subduksi Sunda; 2.Subduksi Banda; 3. Subduksi Utara Sulawesi; 4.Subduksi Lempeng Laut Maluku; dan 5.Subduksi Utara Papua. Akibat kondisi tersebut Indonesia merupakan negara paling sering terjadinya bencana alam. Merujuk dari pernyataan BMKG, dalam setahun gempa di Indonesia terjadi sebanyak ± 5000 kali, dengan 5 – 8 kali gempa berpotensi merusak dan 1 – 2 kali berpotensi terjadinya tsunami.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahma Hanifa pada tahun 2014 dalam disertasi doktornya di Nagoya University, menyebutkan wilayah Jawa berpotensi terjadi gempa megathrust dengan 8,7 mg dan memiliki potensi akan tsunami. Kemudian penelitian lain oleh Pusat Studi Nasional Gempa (PUSGEN) dalam buku “Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017”, Indonesia memiliki potensi gempa megathrust dengan 8,7 mg yang terbagi menjadi 16 segmentasi (Gambar 1).

Dalam beberapa kajian diatas menjelaskan, dengan daerah yang berada pada tatanan tektonik aktif, Indonesia memang berpotensi akan terjadi tsunami, tetapi belum ada kebenaran dan kepastian dari tingginya tsunami yang dihasilkan. Pulau Jawa dilewati oleh zona subduksi yang lebih dalam dibanding dengan Sumatera, sehingga pada selatan Jawa tidak terdapat pulau-pulau kecil pada pantai barat Sumatra seperti Nias, Mentawai, Enggano dll (karena tidak munculnya zona accretionary complex). Sehingga bisa saja energi yang dihasilkan dari fase awal tsunami berupa regangan lebih besar dibanding kejadian Tsunami Aceh pada tahun 2006, tetapi itu belum bisa dipastikan seberapa kekuatannya karena minimnya bukti-bukti yang ditemukan di lapangan.

Jejak paleo-tsunami pada wilayah Jawa saat ini masih terus dicari dan diteliti, yang kemudian bisa menjadi acuan dari potensi tsunami di wilayah Jawa. Dengan kondisi struktur yang aktif, Pulau Jawa memiliki tiga patahan mayor aktif yaitu Sesar Baribis dan Sesar Baribis yang berarah barat – timur yang melewati utara Jawa dan Sesar Cimandari yang berarah timurlaut – tenggara (Gambar 2). Kemudian sejarah gempa mencatat ada empat kejadian gempa besar di wilayah Jawa dalam kurun 200 tahun terakhir yaitu: 1. Selatan Jawa pada 22 Januari 1780 dengan kekuatan 8,5 mg (Albini et al., 2013); 2. Selatan Banten pada 27 Februari 1903 dengan kekuatan 8,1 mg (Newcomb & McCaan); 3. Banyuwangi (Tsunami) pada 3 Juni 1994 dengan kekuatan 7,6 mg (Abercrombie et al., 2001); dan 4. Pangandaran (Tsunami) pada 17 Juli 2006 dengan kekuatan 7,8 mg (Ammon et al., 2006) (Gambar 3).

Pada sejarah yang tercatat belum ada kejadian tsunami yang serupa dengan yang diberitakan. Saat ini, belum ada yang bisa memastikan apakah bencana tsunami bisa mencapai 57 m, tetapi beberapa asosiasi profesi seperti IAGI – HAGI, lembaga pemerintah terus melakukan kajian dan riset dari sejarah kegempaan dan tsunami khususnya pada wilayah Jawa. Pemutakhiran Mikrozonasi, sesar aktif, jejak paleo-tsunami, pemetaan zona rawan gempa terus digalakkan untuk menjawab permasalahan yang ada.

Masyarakat di wilayah Jawa juga harus dibekali bagaimana melakukan mitigasi dan penyelamatan khususnya pada diri sendiri, sehingga dikemudian hari resiko dari bencana bisa diminimalisir dan Indonesia bisa menjadi negara “Tanggap Bencana”.

Gambar 1. Peta Pemuktahiran Gempa yang terbagi 16 segmentasi pada tahun 2017 oleh PUSGEN

Gambar 2. Struktur Sesar Mayor Pulau Jawa (Koulali dkk., 2016)

Gambar 3. Lokasi terjadinya gempa besar pada wilayah jawa (BMKG, 2017)

 

Leave A Comment

X
WhatsApp chat