Bijih besi adalah batuan atau mineral dari mana besi dapat diekstraksi secara ekonomis. Bijih besi umumnya mengandung oksida besi (seperti hematit, magnetit, limonit) atau karbonat besi (seperti siderit) dan bervariasi dalam warna dari abu-abu gelap, kuning cerah, ungu dalam, menjadi merah berkarat.. Hematit biasanya mengandung sekitar 60-70% besi dengan warna merah kecoklatan dan merupakan bijih besi yang paling umum dieksploitasi secara komersial. Kemudian magnetit mengandung sekitar 70% besi, memiliki sifat magnetik yang kuat dan sering kali digunakan dalam proses pengolahan yang memanfaatkan sifat magnetiknya. Lalu limonit, bijih besi yang mengandung air dan seringkali membutuhkan pengeringan sebelum dapat digunakan dalam proses peleburan. Dan siderit, bijih besi yang mengandung sekitar 48% besi dan kurang umum digunakan dibandingkan hematit dan magnetit. Proses ekstraksi bijih besi melibatkan pengolahan untuk memisahkan besi dari kotoran dan senyawa lainnya, yang kemudian dapat digunakan dalam berbagai industri seperti pembuatan baja yang kemudian akan menjadi dasar pembuatan kegiatan konstruksi, permesinan, transportasi dan sebagianya.
Berdasarkan data USGS tahun 2023, diketahui bahwa Australia merupakan negara dengan cadangan bijih besi terbesar di dunia, yakni sekitar 27.8% (±50 miliar ton), lalu Brazil sebesar 18.9% (±34 miliar ton), Rusia sebesar 13.9% (±25 miliar ton), China sebesar 11.1%, Kanada sebesar 3.3% dan Ukraina sebesar 3.6% dengan total cadangan dunia diperkirakan sekitar 170 miliar ton.
Gambar 1. Presentase Sebaran Cadangan bijih Besi di Dunia (sumber : https://data.goodstats.id)
Dalam proses penambangan bijih besi sendiri tidak jauh berbeda dengan proses penambangan bahan galian lainnya. Pada proses eksplorasi bijih besi, selain dengan eksplorasi permukaan atau pemetaan geologi, terdapat beberapa metode geofisika yang dapat mendukung keakuratan satu-sama lain yaitu seperti metode geolistrik dan drone magnetic.
Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengidentifikasi lapisan bawah permukaan dengan mengandalkan nilai resistivitas suatu batuan dan anomali yang terlihat pada penampang lateral (2 dimensi). Sedangkan aeromagnetic atau drone magnetic adalah metode untuk mendeteksi intensitas medan geomagnetik yang sering dugunakan dalam mendukung pemetaan formasi geologi untuk mendeteksi konsentrasi mineral magnetik. Sedangkan dalam eksplorasi sendiri, drone magnetic sering digunakan dalam tahap awal (survei) pada kawasan yang luas dengan memberikan informasi bagian daerah yang memiliki kandungan bijih besi yang dominan, sehingga dapat memperkecil wilayah kajian yang akan ditindaklanjuti.
Setelah endapan bijih besi ditemukan, selanjutnya dilakukan proses penambangan yang dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu penambangan terbuka dan penambangan tertutup (bawah tanah) yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan seperti penambangan pada umumnya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas penambangan yaitu antara lain jenis peralatan dan teknologi yang digunakan, penanganan limbah operasional, penerapan SOP yang tepat, hingga aspek sosial dengan masyarakat sekitar kegiatan.
Gambar 2. Penambangan Bijih Besi di Pilbara, Australia Barat (Sumber : https://www.atlamgroup.com)