Kondisi airtanah di DKI Jakarta dan sekitarnya terus mengalami penurunan debit dan kualitas air, hal tersebut terjadi karena tingginya populasi penduduk yang sangat konsumtif dengan proses recharge yang tidak begitu berjalan baik (kurangnya zona resapan dan air yang cenderung dibuang ke laut). Kemudian berkembang banyak pemberitaan tentang tingginya salinitas airtanah Jakarta karena pengaruh intrusi airlaut yang masuk kedalam lapisan akuifer airtanah, dikarenakan lapisan muka airtanah Jakarta yang semakin dalam.
Mengutip dari pernyataan Dr. Assegaf (Ahli airtanah Jakarta), terdapat empat kesimpulan atas tingginya salinitas airtanah di Jakarta yaitu: 1. Intrusi dan Infiltasi Tegak (Hehanusa, 1979, 1980 & 1982; Tirtomiharjo & Maimun, 1994; PAM JAYA & DGTL, 1999; Prayogi, dkk., 2016 dan Nababan, dkk., 2016); 2. Tidak terjadi Intrusi Airlaut, salinitas dipengaruhi karena adanya connate water dan airtanah purba Iwaco & Waseco, 1994; Disbang DKI Jakarta & LPPM – ITB, 2000; BAPPEDA DKI Jakarta & LPPM ITB, 2004 dan Lubis et al, 2015; 3. Pengaruh dari kontrol geologi struktur, meyebabkan naiknya air fosil (brine) dari lapisan dibawah akuifernya (Delinom, 2015); dan 4. Berhubungan dengan air hujan karena ada perubahan isotop (Listiyani, 1999).
Dalam disertasinya, Assegaf melakukan analisis isotop untuk mengindikasi kandungan kimia air yang berada pada tepi utara Jakarta, dengan mengambil beberapa lokasi perconto yang tersebar pada wilayah Cengkareng dan sekitarnya. Dari hasil kajian yang dilakukan, sebenarnya tidak ada cerminan dari pengaruh airlaut yang masuk kedalam akuifer airtanah (Gambar 1). Tingginya salinitas airtanah bisa terjadi karena adanya pengaruh dari pelarutan mineral saat air bertransportasi dan proses evaporasi. Pada awalnya, air akan memiliki kandungan yang kaya akan unsur bikarbonat, dikarenakan transportasi terus berlangsung maka komposisi kimia akan mengalami perubahan hingga menjadi kaya akan kandungan klorida, seperti apa yang dikemukakan dalam chebotarev sequence (Freeze and Cheery, 1979) (Gambar 2).
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan pada tahun 1920an, sebenarnya kandungan airtanah di Jakarta, jika semakin dalam lapisan akuifer airtanah akan memiliki kecenderungan yang semakin tinggi akan komposisi salinitas (Gambar 3). Konsep tersebut bisa terjadi karena adanya pengaruh tekanan hidrostatik yang menyebabkan airasin berada pada lapisan yang lebih dalam, dimana densitas airasin lebih tinggi dibanding dengan airtanah (Gambar 4)
Bisa disimpulkan, tingginya salinitas airtanah di Jakarta memang telah berlangsung sejak lama bukan dipengaruhi oleh aktivitas intrusi airlaut akibat menurunnya muka airtanah Jakarta, sehingga menyebabkan naiknya airlaut masuk kedalam lapisan airtanah pada lapisan akuifer tertentu